Pentingnya Psikotes dalam Implementasi Kurikulum Merdeka

Blog Single

Seperti yang kita ketahui kurikulum merdeka merupakan salah satu pilihan dari kebijakan pemulihan pembelajaran dari kondisi khusus yang berdampak pada ketertinggalam pembelajaran pada capaian kompetensi peserta didik. Kurikulum merdeka yaitu kurikulum dengan intrakuler pembelajaran yang beragam di mana memiliki tujuan untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi peserta didik. Pada implementasinya guru memiliki kebebasan menggunakan perangkat ajar dalam bentuk apapun untuk menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik. Sehingga dalam pelaksanaannya kurikulum merdeka mengacu pada 3 aspek utama yaitu student centered, project base learning, dan assessment. Di kesempatan kali ini kami akan membedah satu persatu implementasi kurikulum merdeka yang telah dikaitkan dengan aspek assessment yang sangat dibutuhkan siswa maupun pihak sekolah untuk memahami kebutuhan pembelajaran dengan minat dan potensi setiap peserta didik.

Assessment ini bisa dalam bentuk hasil capaian belajar ataupun psikotes berupa assessment karakter dan potensi siswa yang meliputi karakter diri, gaya belajar, bakat, kecerdasan, minat, dan potensi yang dimiliki peserta didik. Bicara lebih lanjut mengenai kegunaan assessment psikologis yang mungkin di beberapa sekolah sudah menggunakannya untuk membantu dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka ini mulai dari jenjang PAUD hingga SMA.

Pada satuan PAUD, salah satu karakteristik kurikulum merdeka adalah pengembangan karakter, kemampuan serta kesiapan sekolah anak pada tahapan selanjutnya. Kaitannya dengan mendeteksi kemampuan serta kesiapan anak masuk sekolah dalam assessment psikologi tentu menjadi solusi yang dapat membantu pijakan guru dan orang tua tentunya dalam memberikan fasilitas belajar dan bermain yang dapat mengembangkan potensi anak.

Salah satu hal esensial yang ditemui dalam kurikulum merdeka di jenjang SD adalah adanya penguatan kompetensi yang mendasar mengenai pemahaman logistic seperti penggabungan mata pelajaran IPA dan IPS menjadi Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS), serta menintegrasikan computational thinking pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPAS. Assessment psikologis dapat berperan sebagai pendeteksi potensi peserta didik seperti daya tangkap hingga kemampuan dalam mengintegrasikan computational thinking itu sendiri. Sehingga hasil pemeriksaan psikologis ini dapat membantu guru dalam menyesuaikan strategi pembelajaran di kelas.

Pada jenjang SMP mengenai sistem pemilihan mata pelajaran menurut kurikulum merdeka belajar, peserta didik memiliki kebebasan untuk memilih kelompok mata pelajaran yang tentu sesuai dengan kompetensi, bakat dan minatnya. Peran assessment psikologis disini dapat membantu mengetahui bakat, minat serta kompetensi peserta didik yang dapat dikembangkan semaksimal mungkin di sekolah.

Implementasi di SMA assessment digunakan untuk menguatkan kompetensi yang sesuai dengan arah minat dan bakat akademik peserta didik. Tentu dalam mengetahui arah minat bakat di sini dibutuhkan assessment psikologis yang dapat membantu peranan penting guru Bimbingan Konseling sebagai pemimpin proses penelusuran minat bakat peserta didik bersama wali kelas, guru lain serta orang tua/wali peserta didik dalam merencanakan masa depan.

Dari penjelasan di setiap jenjang pendidikan ternyata assessment psikologis atau yang kita sering kenal sebagai psikotes ini menjadi solusi dalam membantu mewujudkan tujuan kurikulum merdeka. Tentu dalam hal ini psikotes memiliki peran yang berbeda-beda di setiap jenjang pendidikannya.

Sumber : https://ditpsd.kemdikbud.go.id/hal/kurikulum-merdeka